Blogroll

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 01 Maret 2021

Enam Siswa-siswi MA Ma'arif 03 Sidomulyo Sabet Juara Harapan 3 Lomba Video Pendek Hari Pramuka Se-Kabupaten Pacitan

 

Enam Siswa-siswi MA Ma’arif 03 Sidomulyo berhasil meraih juara harapan 3 pada ajang Lomba Video Pendek Hari Pramuka ke 59 yang diadakan oleh KWARCAB Pacitan dengan tema “Bangga Jadi Pramuka dan Tangguh Melawan Covid 19”. Lomba tingkat kabupaten ini, berlangsung secara daring pada tanggal 1-10 Agustus 2020. 

Ke-enam Siswa-siswi MA Ma’arif 03 Sidomulyo yang berhasil menorehkan prestasi membanggakan tersebut merupakan anggota pramuka pangkalan Wakhid Hasyim-Nyi Ageng Serang. Ke-enam siswa tersebut adalah :

1. Riyan Agung Saputra

2. Nur Alfi Dzakirotul Asyrifah

3. Dewi Maya Lutfiani

4. Heni Atun Nikmah

5. Kelvin Nuryani

6. Jihan Islamiati Qurotul Uyun

Mereka mengaku senang sekaligus terkejut terkait pencapaian yang telah diperoleh. “Kaget, senang, nggak nyangka sih,” kata Riyan Agung Saputra kepada kami di Ma Ma’arif 03 Sidomulyo, Selasa (02/3)

Dalam lomba tersebut, Riyan Agung Saputra dan kelima temannya berhasil membuat sebuah video berdurasi 5 menit yang dibuat dalam kurun waktu 2 hari. Video kreasi anak negeri yang berjudul “Maskerku Melindungimu, Maskermu Melindungiku” tersebut, dikirim ke KWARCAB Pacitan dan diunggah pada channel YouTube MA Maarif Sidomulyo untuk penilaian. Video tersebut mengajak penonton untuk tetap produkif dan mematuhi protocol kesehatan mengingat masa pandemic yang terus meluas disekitar kita. 

“Judulnya adalah Maskerku Melindungimu, Maskermu Melindungiku  dengan durasi kurang lebih 5 menit. Makna dalam video adalah kita mengajak teman-teman semua agar tetap produktif dan mematuhi protocol kesehatan mengingat masa pandemic yang terus meluas disekitar kita,” terang Kelvin Nuryani.

Dalam mengikuti lomba ini, Kelvin Nuryani mengaku bahwa ia dan teman-temannya ingin mengisi masa pandemi untuk hal-hal yang produktif. Walaupun hanya berhasil menyabet juara harapan 3 , tentu terdapat perjuangan di belakangnya seperti harus rela mengambil video ketika panas terik matahari yang sangat menyengat.

“Shoot dilakukan pada saat siang hari pas kondisi panas yang sangat terik, dan Alhamdulillah kami juga telah mengikuti beberapa event lomba video dan semuanya kami mendapatkan nominasi juara. Kami berusaha memberikan yang terbaik untuk madrasah tercinta kami, selain itu kami juga ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa kami sekolah dimadrasah tidak kalah bersaing dengan sekolah lainya” jelas Kelvin Nuryani.

Mewakili teman-temannya, Kelvin Nuryani berharap dapat terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki dan ikut serta dalam lomba yang lain. “Bisa terus berkembang, terus ngikutin lomba lomba selanjutnya,” pungkasnya.

Untuk melihat detail videonya dapat diakses link berikut ini https://youtu.be/8a8WcEznMzc

 

Kamis, 06 Agustus 2020

MAKALAH UPAYA-UPAYA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA


KATA PENGANTAR

 Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan  kehadirat  Allah SWT,  yang  atas  rahmatnya saya bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia”. Tugas makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Baru. Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan saya yang terbatas. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam makalah ini saya menyampaikan terima kasih kepada Heru Arif Pianto, S. Pd., M. Hum yang telah memberi tugas ini. Akhirnya saya berharap agar makalah yang saya buat bisa bermanfaat bagi saya sendiri ataupun teman-teman sekalian. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

 Wassalamu’alaikum Wr.  Wb.


Pacitan, 30 April 2020


 

DAFTAR ISI


Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 1


BAB II ISI

A. Janji Perdana Menteri Koiso 2

B. Pembentukkan BPUPKI 2

C. Pembentukkan PPKI 6

D. Persiapan Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 8

E. Menyusun Kronologi Kemerdekaan Indonesia 10

F. Detik-Detik Pembacaan Naskah Proklamasi 11


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 13


Daftar Pustaka 14

 

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang  

              Kemerdekaan adalah suatu  keadaan yang sangat diimpikan oleh semua bangsa terutama bagi bangsa Indonesia yang hampir 3,5 abad dijajah oleh bangsa Belanda dan Jepang. Kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari para penjajah.Kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan para pahlawan dan juga rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

              Waktu penjajahan yang sangat lama membuat bangsa Indonesia berpikir keras untuk keluar dari era tersebut.Setiap ada kesempatan pasti digunakan sebaik mungkin meskipun nyawa taruhannya.

              Sehingga makalah ini Penulis susun untuk mengetahui bagaimana jerih payah para pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan mengetahui segala hal yang terjadi dibalik suksesnya bangsa Indonesia keluar dari masa penjajahan.


B. Rumusan Masalah

1. Apa isi dari Janji Perdana Menteri Koiso ?

2. Bagaimana Pembentukkan BPUPKI ?

3. Bagaimana Pembentukkan PPKI ?

4. Bagaimana Persiapan Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ?

5. Bagaimana Menyusun Kronologi Kemerdekaan Indonesia ?

6. Bagaimana detik-detik pembacaan naskah proklamasi ?


C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui isi dari janji perdana menteri Koiso

2. Mengetahui proses pembentukkan BPUPKI

3. Mengetahui proses pembentukkan PPKI

4. Mengetahui bagaimana proses perumusan naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia

5. Mengetahui kronologi kemerdekaan Indonesia

6. Megetahui bagaimana detik-detik pembacaan naskah proklamasi






BAB II

PEMBAHASAN


A. Janji Perdana Menteri Koiso

Pada awal perang Dunia II Jepang selalu mendapat kemenangan melawan Sekutu, tetapi pada tahun 1942 Jepang mulai mendapatkan kekealahan dari Sekutu. Jepang yang semula berjaya menguasai Asia Selatan dan asia Tenggara mulai terdesak oleh pasukan Sekutu.

Tahun 1944, Kekalahan Jepang di Asia Pasifik tinggal menunggu waktu. Pada situasi demikian, perlawanan rakyat di daerah jajahan semakin menyala. Keadaan tersebut diperburuk oleh turunya moril prajurit, krisis ekonomi dan politik di dalam negeri Jepang sendiri.

Tanggal 17 Juli 1944 , Jendral Hideki Tojo meletakkan jabatan sebagai perdana menteri. Ia digantikan oleh Jenderal Kunaiki Koiso. Koiso mempunyai tugas berat memulihkan kewibawaan Jepang dimata bangsa-bangsa Asia. Untuk menarik hati bangsa indonesia, maka pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang parlemen jepang, perdana menteri kuniaki koiso mengumumkan bahwa daerah hindia timur (indonesia) diperkenankan merdeka “kelak dikemudian hari”.

Sejak diikrarkan janji kemerdekaan, di kantor-kantor boleh dikibarkan sang Merah Putih yang berdampingan dengan Bendera Jepang (Hinomaru) dan diperkenakan menggunakan bahasa Indonesia di kantor, sekolah dan media masa.


B. Pembentukkan BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

Setelah Jepang memberikan janji kemerdekaan dikemudian hari kepada bangsa indonesia, para pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia segera menuntut janji tersebut untuk diwujudkan. Akibat desakan para pemimpin pergerakan kemerdekaan indonesia dan kedudukan jepang yang semakin terdesak, maka Letnan Jenderal Kumakici Harada (pimpinan tentara Jepang di Jawa) pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai), Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat ditunjuk sebagai ketua BPUPKI dengan anggota sebanyak 64 orang.

Setelah susunan pengurus BPUPKI terbentuk, maka pada tanggal 28 Mei 1945 diresmikan oleh pemerintah bala tentara Jepang, sekaligus dilangsungkan upacara persiapan BPUPKI di gedung Cuo Sangi In, jalan Pejambon Jakarta (Sekarang Gedung Departemen Luar Negeri).

Pada waktu itu dilakukan upacara pengibaran bendera Hinomaru oleh M.R. A.R. Pringgodigdo yang kemudian disusul pengibaran bendera sang saka merah putih oleh Toyohiko Masuda. Peristiwa tersebut membangkitkan semangat para anggota BPUPKI dalam usahanya mempersiapkan kemerdekaan indonesia. Selain membangkitkan semangat anggota BPUPKI, juga menggugah semangat Bangsa Indonesia untuk berjuang memperoleh kemerdekaan. Dalam perjalanannya BPUPKI menyelenggarakan dua kali sidang.

a. Sidang pertama BPUPKI (29 Mei 1945-1 Juni 1945)

Dalam sidang pertama membahas tentang dasar negara. Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam pembukaannya meminta pandangan dari anggota mengenai dasar Negara Indonesia. Sidang ini menekankan bahwa sesuatu yang akan dijadikan dasar negara hendaknya dicari dan digali dari nilai-nilai yang sudah berakar kuat dari hati dan pikiran rakyat. Selain itu agar dapat diterima secara bulat dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan lima asas yaitu:

1. peri kebangsaan

2. peri kemanusiaan

3. peri ke Tuhanan

4. peri kerakyatan

5. kesejahteraan rakyat

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu

1. persatuan

2. keseimbangan lahir dan batin

3. kekeluargaan

4. keadilan rakyat

5. musyawarah

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila yaitu:

1. Nasionalisme dan kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme dan peri kemanusiaan

3. Mufakat atau demokrasi

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau bilamana diperlukan dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:

a. Sosionasionalisme

b. Sosiodemokrasi

c. Ketuhanan yang berkebudayaan


Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali disebutnya sebagai Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila.

Dalam  rapat 1 Juni 1945, nama yang dipilih untuk dasar Negara Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diperingati sebagai hari lahirnya pancasila. Dengan berakhirnya rapat pada tanggal 1 juni 1945, maka selesailah pelaksanaan persidangan pertama BPUPKI.

            Piagam Jakarta / Jakarta Charter

Dalam  masa istirahat(reses) pada tanggal 22 Juni 1945 dibentuk lagi panitia kecil yang beranggotakan sembilan orang sehingga disebut panitia sembilan. Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan dengan susunan sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno (ketua)

2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)

3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)

4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)

5. KH. Wachid Hasyim (anggota)

6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)

7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)

8. H. Agus Salim (anggota)

9. Mr. A.A. Maramis (anggota)

Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.


b. Sidang Kedua BPUPKI (10-17 Juli 1945)

Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam  rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19 orang dengan  ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta. Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil beranggotakan 7 orang yaitu:

1. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)

2. Mr. Wongsonegoro

3. Mr. Achmad Soebardjo

4. Mr. A.A. Maramis

5. Mr. A.A. Maramis

6. Mr. R.P. Singgih

7. H. Agus Salim

8. Dr. Soekiman

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut dan pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu:

a. pernyataan Indonesia merdeka

b. pembukaan UUD

c. batang tubuh UUD yang didalamnya mengesahkan  tentang wilayah Negara, bentuk Negara kesatuan, pemerintahan Republik, bendera nasional Merah Putih dan bahasa Nasional bahasa Indonesia.

Pada tanggal 07 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia).


C. Pembentukkan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut :

1. Ir. Soekarno (Ketua)

2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)

3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)

4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)

5. R. P. Soeroso (Anggota)

6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)

7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)

8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)

9. Otto Iskandardinata (Anggota)

10. Abdoel Kadir (Anggota)

11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)

12. Pangeran Poerbojo (Anggota)

13. Dr. Mohammad Amir (Anggota)

14. Mr. Abdul Maghfar (Anggota)

15. Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)

16. Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)[4]

17. Andi Pangerang (Anggota)

18. A.H. Hamidan (Anggota)

19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)

20. Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)

21. Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)

22. Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu

23. Achmad Soebardjo (Penasehat)

24. Sajoeti Melik (Anggota)

25. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)

26. R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)

27. Kasman Singodimedjo (Anggota)

28. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)


Pada tanggal 09 Agustus 1945, tiga tokoh PPKI, yaitu Ir.Soekarno,Drs.Moh.Hatta dan Dr.Radjiman Widyodiningrat di panggil ke Dalath,Vietnam Selatan oleh Jendral Terauchi untuk dilantik.Pada tangggal 15 Agustus 1945 , ketiga tokoh tersebut pulang ke Indonesia tanpa mengetahui Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia dan pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.

Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio gelapnya bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan  menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam  kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.

Akhirnya, pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.


D. Persiapan Perumusan Naskah Proklamasi Kemerdekaan

1. Perbedaan Pendapat Antara Golongan Tua Dan Golongan Muda

Akibat menyerahnya jepang kepada sekutu Di Indonesia terjadi Vacum Of Power, artinya tidak ada pemerintahan yang berkuasa. Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Setelah mengetahui Jepang menyerah kepada sekutu, para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta Di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta. Dalam peremuan itu Sutan Sahrir sebagai juru bicara para pemuda meminta agar Bung Karno Dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga, lepas dari campur tangan jepang. Namun Bung Karno tidak menyetujuai usul para pemuda karena proklamsi kemerdekaan perlu dibicarakan terlebih dahulu dalam rapat PPKI. Alasannya, badan inilah yang bertugas mempersiapakan kemerdekaan Indonesia.

Para pemuda menolak pendapat Bung Karno. Para pemuda berpendapat bahwa menyatakan kemerdekaan melalui PPKI tentu akan dicap oleh sekutu bahwa kemerdekaan Indonesia hanyalah pemberian jepang. Para pemuda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah dari Jepang. Dengan demikian, usaha para pemuda dengan juru bicara sutan syahrir untuk membujuk Ir. Soekarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia mengalami kegagalan.

Karena belum berhasil membujuk Bung Karno, maka pada tanggal. 15 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB para pemuda kembali mengadakan rapat Di Lembaga Bakteorologi Di Jalan Pegangsaan Timur dengan dipimpin oleh Chaerul Shaleh. Keputusan rapat mengajukan tuntutan  radikal yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan persoalan rakyat Indonesia sendiri dan tidak dapat digantungkan pada orang lain dan kerajaan lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya , diharapkan diadakan suatu perundingan dengan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta agar segera menyatakan proklamasi.

Hasil keputusan rapat disampaikan kepada Bung Karno Dan Bung Hatta pada pukul 22.00 WIB oleh Darwis dan Wikana. Wikana menghendaki agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan oleh Bung Karno pada keesokan harinya tanggal 16 Agustus 1945. Mereka mengancam akan terjadi pertumpahan darah bila keinginan itu tidak dilaksanakan. mendengar ancaman itu Bung Karno marah. Bung Karno sebagai ketua PPKI tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya, sehingga bersikeras ingin membicarakan terlebih dahulu dengan anggota PPKI lainya. Suasana tegang anatara Darwis dan Wikana, dengan Bung Karno disaksikan oleh para tokoh nasionalis golongan tua, seperti Drs. Mohammad Hatta, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, AR. Buntaran, Dr. Samsi, dan Ahmad Soebardjo.

Tampak perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Golongan tua menghendaki diadakan rapat PPKI terlebih dahulu. Sementara itu, golongan pemuda bersikeras menyatakan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 1945.


2. Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Ir.Soekarnao dan Moh.Hatta ditempatkan di markas PETA pimpinan Syudanco Subeno.Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.

Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Rombongan tibadi Rengasdengklok pukul 17.30 WIB.Setelah melalui dialog antara dua kelompok muda dan tua dan dengan jaminan Ahmad Subardjo akhirnya dicapai kesepakatan, yaitu :


a. Soekarna dan Moh.Hatta diperbolehkan kembali ke Jakarta

b. Proklamasi Kemerdekaan akan dilaksanakan di Jakarta selambat-lambatnya pukul 12.00 keesokan harinya, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945.


E. Menyusun Kronologi Kemerdekaan Indonesia

Pada tanggal 16 Agustus 1945, sekitarn pukul 23.00 WIB rombongan Soekarno-Hatta dan para pemuda tiba di Jakarta, untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka selanjutnya rombongan menujuke rumah Jendral Mayor Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang.

Mayor Jenderal Nishimura tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda,  untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945  telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.

Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif.

Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.

Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).


F. Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik.

Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemerdekaan Republik Indonesia bukanlah pemberian dari negara penjajah, melainkan hasil usaha para pejuang dengan semangat heroisme dan melalui rintangan-rintangan yang membahayakan demi terlepasnya negara Indonesia dari cengkraman para penjajah.

Dengan demikian, selaku warga negara yang baik haruslah mencintai dan menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang dimedan  perang dengan mempertaruhkan  nyawanya. Rasa nasionalisme dan patriotisme harus kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
























Daftar Pustaka


http://silumanpisces.blogspot.com/2012/12/persiapan-kemerdekaan-indonesia_9238.html

http://www.empatpilarkebangsaan.web.id/berita/kronologi-proklamasi-kemerdekaan-indonesia-dan-perjuangan-mempertahankan-kemerdekaan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi-Kemerdekaan-Indonesia/citi_note02



Sabtu, 04 Mei 2019

teknnik dasar menendang bola dalam sepak bola

Minggu, 30 Desember 2018

Sejarah kerajaan magadha

Sejarah kerajaan Magadha pada masa Dinasti Sisunaga

Abstrak
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh perkembangan kerajaan Magadha pada  masa pemerintahan dinasti sisunaga.
Penulisan artikel ini menggunakan metode sejarah, dengan langkah-langkah : heuristik, kritik, interpelasi dan historigrafi. Data diperoleh melalui membaca buku-buku sejarah sumber dari internet dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, kemudian diklasifikasikan. Data yang mendukung permasalahan dikumpulkan dan diolah, kemudian dilakukan penulisan sesuai permasalahan yang telah dirumuskan dan tujuan yang akan dicapai, sehingga terwujudlah artikel ini.
Dari hasil penggunaan metode sejarah tersebut, maka diperoleh pengertian sebagai berikut :
India merupakan kawasan dimana kebudayaan serta agama Hindu dan Budha berkembang pesat. Bisa dibilang bahwa di India adalah cikal bakal adanya agama Hindu Budha. Hal ini mempunyai pengaruh besar bukan hanya di India namun juga di kawasan Asia Tenggara maupun Asia Timur. Untuk saat ini India merupakan negara yang mempunyai luas wilayah nomer tujuh di dunia dan nomer dua untuk jumlah penduduknya.  India semula di kuasai oleh Bangsa Dravida. Namun sejak kedatangan Bangsa Arya yang berhasil merebut wilayah India bagian Utara, Bangsa Dravida lari ke India bagian Selatan (didaerah Dekhan). Bangsa India yang berada di bagian utara mendirikan kerajaan-kerajaan Hindu. Sehingga agama Hindu dibawa oleh bangsa Arya. Hindu di bawa oleh pendatang bangsa Arya (Bharata) abad XV SM.


Awal Terbentuknya Kerajaan Magadha

Pada abad ke VII SM, di India bagian Utara berdiri kerajaan yang sering disebut dengan Kerajaan Arya. Hal ini diduga karena didominasi oleh  budaya yang dibawa oleh bangsa Arya setelah bangsa Dravida terusir ke kawasan Asia Selatan. Zaman Aryalah yang menyaksikan lahirnya kerajaan-kerajaan yang ada di India. Karena pada saat itu bangsa  Arya yang menguasai India bagian Utara India dengan membawa agama Hindhu.
Di India bagian utara telah berdiri kerajaan seperti Gandhara, Kusala, Kasi, dan Magadha. Tetapi yang paling terkemuka ialah Kerajaan  Magadha. Magadha didirikan oleh Dinasti Sisunaga sekitar tahun 642 SM, ibukotanya berada di Giripraja atau Rajgir (sekarang rajagriha). Dalam kerajaan Magadha didirikan oleh sekitar 5 Dinasti yaitu :

1.  Dinasati Sisunaga, memerintah  642-413 SM.
2.  Dinasti Nanda, memerintah 413-322 SM.
3.  Dinasti Maurya, memerintah 322-185 SM.
4.  Dinasti Sunga, memerintah 185-75 SM.
5.  Dinasti Kanva, memerintah 75-28 SM.
Dibangun oleh Dinasti Sisunaga dan runtuh pada Dinasti Kanva, dan terkenal, berkuasa serta menjadi kejayaan bagi kerajaan Magadha yaitu pada Dinasti Maurya. Pada dinasti Sisunaga (pendiri awalnya ) paling terkenal yaitu Raja Bimbisara anak dari Raja Sisunaga. Pada Dinasti Nanda terdapat sembilan raja, namun dalam dinasti ini tidak begitu banyak nama raja yang diketahui bahkan hampir tidak ada yang mengetahui. Salah seorang keturunan raja Nanda dan pernah menjabat sebagai menteri di kerajaan Magadha, Mahapadma Nanda berhasil membunuh salah seorang keturunan Bimbisara dan menggantikan tahta kekuasaannya. Berkuasa sekitar hampir selama satu abad, pada waktu itu juga terdapat penyerbuan Iskandar Agung ke lembah Indus, Magadha berada dibawah pemerintahannya Raja Nanda yang amat besar kekuasaannya.
Yang ketiga yaitu Dinasti Maurya yang mana paling terkenal adalah raja pertama dinasti ini yaitu Candragupta dan Raja Asoka. Ibukota kerajaan ini juga berpindah-pindah karena pemimpinnya yang berpindah-pindah. Ibukota kerajaan Magadha di masa Candragupta ada di Pathiputra atau seperti orang Yunani menyebutkanya adalah Polibotra. Dinasti Sungha dinasti keempat, dan dinasti terakhir yaitu dinasti Kanva. Dinasti yang membawa kerajaan Magadha mengalami keruntuhan dan digantikan kerajaan lain yaitu kerajaan Andhra.

Masa Pemerintahan Dinasti Sisunaga
Dinasti Sisunaga adalah dinasti pertama yang memegang kepemimpinan pertama di kerajaan Magadha. Dinasti ini berkuasa di kerajaan timur laut India Magadha pada periode sekitar 550 sampai 350 SM. Hanya ada sedikit informasi yang tersedia. Sumber yang paling penting adalah riwayat Buddhis dari Sri Lanka, Purana dan berbagai teks suci Budha dan Jain. Berdasarkan sumber-sumber ini sepertinya Magadha diperintah selama sekitar 200 tahun oleh dinasti Sisunaga. Beberapa rajanya adalah sebagai berikut :
Sisunaga (642 SM)
Bimbisara (50 tahun)
Ajatasatru (31 tahun)
Darsaka (sekitar 23 tahun)
Udaya (sekitar 22 tahun)

Raja yang paling terkenal adalah raja bimbisara yang memerintah pada tahun 540-490 SM. Prestasinya yaitu melakukan perluasan wilayah sampai kerajaan Kosala dan Vaisali.4 Ia juga dikenal karena prestasi budayanya dan merupakan sahabat sekaligus pelindung sang Budha. Bimbisara membangun kota Rajgir, yang terkenal dengan tulisan-tulisan Buddhisme. Ibu kota pertama dinasti ini pada masa pemerintahan Bimbisara adalah di Girivraja. Ia memimpin sebuah kampanye militer melawan Anga, hal ini dimaksudkan untuk membalas kekalahan ayahandanya sebelumya di tangan rajanya yaitu Brahmadatta. Kampanye ini berhasil , Anga dianeksasi dan pangeran Ajasatru ditunjuk sebagai gubernur Champa. Raja bimbisara juga menggunakan aliansi pernikahan untuk memperkuat posisinya, dia menikah dengan 3 orang wanita.
Istri pertamanya yaitu Kosal Dewi, pernikahan ini juga mengakhiri permusuhan di antara Magadha dan Kosala dan memmberinya tangan bebas dalam berurusan dengan Negara-negara lain. Istri keduanya yaitu Chellana yang merupakan seorang putri Lichchhavi dari Vashali dan putri raja Chetaka. Istri ketiga yaitu Khesma seorang putri dari kepala Wangsa Madra dari Punjab, pernikahan ini membuka jalan bagi perluasan Kekaisaran Maghada  baik ke Barat maupun ke Utara.
  Pada waktu yang bersamaan Raja Imperium Persia yaitu Darius (± 522-486 SM) juga sedang meluaskan wilayah ke India. Kerajaan Gandhara yang berada di sekitar Peshawar dan Rawalpinai sekarang sudah berhasil ditaklukkan oleh Darius, untuk menaklukkan wilayah Sungai Indus. Darius memerintahkan sukarelawan Yunani  bernama Scylax, mengadakan penyelidikan wilayah Indus. Gerakan ini berhasil menegakkan Imperium Persia di wilayah India barat laut, termasuk Sind dan juga Punjab bagian barat.

Menurut laporan sejarawan Yunani abad V SM yaitu Herodotus, dia menuliskan perang antara Yunani dan Persia yang berlangsung pada tahun 492-490 SM wilayah India pada saat dibawah kekuasaan Darius merupakan provinsi terkaya yang paling padat penduduknya. Mereka harus membayar upeti sebesar 360 talen emas kepada Persia. Ketika perang antara Yunani dan Persia meletus, wilayah India merupakan wilayah yang paling banyak menyumbangkan tentara dalam angkatan bersenjata Persia, meliputi kesatuan Infantri,Kavaleri,Kereta Perang dan pasukan Gajah.
Menurut tradisi Raja Bimbisara dipenjara oleh putranya sendiri yaitu Ajatasatru untuk naik tahta kerajaan Magadha. Ajatasatru kemudian memerintahkan pembebasan ayahandanya, namun saat itu sudah terlambat dan Bimbisara telah tiada. Hal ini terjadi pada sekitar tahun 491 SM.  Ajatasatru dikenal sebagai raja pelindung agama lain (Jainisme). Dalam masa pemerintahanya agama budha dan Jain saling bersaing memperebutkan pengaruh di istana Kerajaan Magadha.
Rupanya agama lain lebih menarik hati Ajatasatru. Ada sebuah peristiwa penting yang terjadi pada masa Ajatasatru adalah dipindahkanya Ibu kota Kerajaan Magadha dari Giripraja ke Pataliputra  di tepi sungai Gangga yang sekarang menjadi Kota Patria. Raja Ajatasatru sebagai penganut agama Budha menyumbangkan tempat dan makanan untuk para bikkhu  yang mengikuti pasamuan didekat goa saptaparni, Rajagrha.
Keputusan dalam pasamuan pertama ini adalah mencakup tiga hal penting sebagai dasar-dasar agama Budha:
Penetapan Vinaya (dipimpin Bikkhu Upali)
Penetapan Sutra (dipimpin bikkhu Ananda)
Mengadili Bikkhu Ananda dan menetapkan hukuman kepada Bikkhu Chana.
Dari kitab agama Budha diberitakan, bahwa raja Ajatasatru telah melebarkan wilayah kekuasaannya dengan mengalahkan kerajaan Vajji yang terletak di timur laut Magadha. Sejak saat itu kira-kira satu setengah abad kemudian tidak ada catatan mengenai sejarah di India hingga kebangkitan kerajaan Maurya.
Sejak abad ke 5 tepatnya Pada tahun 413 SM, sejarah kerajaan Magadha tidak begitu jelas lagi. Dari catatan yang ada salah seorang keturunan Bimbisara yang tidak begitu besar lagi kekuasaanya, dibunuh dan digantikan oleh menterinya  yang bernama Mahapadma Nanda, dari golongan Sudra.
Mahadma Nanda merupakan pendiri dinasti Nanda yang memerintah kerajaan Magadha sekitar satu abad lamanya. Menurut salah satu sumber, ada 9 orang raja yang memerintah atas nama Dinasti Nanda. Namun dinasti ini kurang disenangi oleh rakyat karena dalam pemerintahanya memberlakukan peraturan yang memberatkan rakyat, misalnya kewajiban membayar pajak yang tinggi. Pada tahun 322 SM, dinasti Nanda digulingkan kekuasaanya oleh Chandragupta, yang dikenal sebagai pendiri dinasti maurya.
Kesimpulan
Dinasti Sisunaga adalah dinasti pertama yang memegang kekuasaan pertama di kerajaan Magadha yang didirikan oleh raja Sisunaga yaitu berkuasa dari tahun 550-350 SM. Sisunaga dipimpin oleh 5 orang raja dengan raja yang paling terkenal adalah Bimbisara yang memerintah tahun 540-490 SM. Prestasinya yaitu melakukan perluasan wilayah sampai kerajaan Kosala dan Kosali ia juga dikenal karena prestasi budayanya dan merupakan sahabat sekaligus pelindung sang Budha. Raja lain yang terkenal adalah anak dari Bimbisara yaitu Ajatasatru yang dikenal sebagai pelindung agam lain, ada sebuah peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahanya yaitu dipindahkanya ibu kota kerajaan Magadha  dari Giripraja ke Pataliputra. Dinasti sisunaga pada tahun 413 SM runtuh kemudian diteruskan oleh dinasti Nanda

DAFTAR PUSTAKA
 Sigit, “Faktor penyebab runtuhnya dinasti Maurya (322-185 SM) pada kerajaan  Magadha di India”, diakses dari Http://sigitsejarah.blogspot.com/2014/03/faktor-penyebab-runtuhnya-dinasti.html?m=1, pada tanggal 23 November 2018 pukul 14.05
2 Suwarno , Dinamika Sejarah Asia Selatan (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm 37
3 Sigit, Op. Cit.,
4 Wikipedia, “Bimbisara”, diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Bhimbisara , pada tanggal 23 November 2018 pukul 14.55
5 Suwarno, Op. Cit.,38
6 Ibid.
7 Puspitaati, “Kerajaan Budha”, diakses dari Http://puspitaati-buddhisme.blogspot.com/2013/05/kerajaan-buddha..html/m=1, pada tanggal 25 November 2018 pukul 14.41
8 Suwarno, Op. Cit., 39